BALIKPAPAN, Seputarkata.com — Dari dapur mungil Scako Coffee and Resto di jantung Balikpapan Tengah, aroma rempah dan daun mekai khas Kalimantan menggoda setiap indera. Di balik panci dan penggorengan sederhana, Siti Aisyah, perempuan muda penuh semangat, menyalakan api perjuangan yang akhirnya membawa dirinya, dan masakannya, Patin Bandara, terbang tinggi hingga ke pentas nasional.
Perjalanan kuliner Aisyah mencapai puncaknya saat ia menjadi wakil Kalimantan Timur di Pekan Kreativesia Pemuda 2025 yang digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga di Palembang, 12–15 Oktober lalu. Dengan menu andalannya “Patin Bandara” (Balikpapan Beranda Nusantara), ia berhasil mencuri perhatian juri lewat cita rasa khas yang mengangkat identitas daerah.
“Saya ingin setiap suapan menghadirkan cerita tentang Balikpapan, tentang lautnya, hutannya, dan keramahan orang-orangnya,” kata Aisyah saat mengenang momen kemenangannya di ajang tingkat provinsi sebelum melangkah ke nasional, Sabtu 1 November 2025.
Langkah Aisyah dimulai dari ajang kecil di Balikpapan. Dengan modal keberanian dan rasa ingin belajar, ia mengikuti lomba kuliner khas daerah. Siapa sangka, dari perlombaan itu, ia melangkah ke tingkat provinsi dan akhirnya mewakili Kalimantan Timur di tingkat nasional.
“Awalnya cuma ingin coba-coba, ternyata keterusan sampai Palembang,” ujarnya sambil tersenyum.
Kesuksesan itu tak lepas dari dukungan Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Balikpapan, yang membantu Aisyah mulai dari pembinaan menu, pelatihan presentasi, hingga dorongan moral.
“Disporapar seperti keluarga. Mereka tidak hanya membantu teknis, tapi juga membangun rasa percaya diri,” tuturnya haru.
Keunikan Patin Bandara terletak pada bahan alami tanpa MSG. Daun mekai, tanaman khas hutan Kalimantan, menjadi bumbu utama yang menciptakan rasa gurih lembut. Aisyah memadukannya dengan ikan patin, nasi daun jeruk, dan lodeh berbahan kulit semangka.
“Bagian putih semangka bisa jadi selembut labu siam kalau dimasak dengan benar,” jelasnya penuh keyakinan.
Kreasi itu memikat para juri bukan hanya karena kelezatan rasanya, tapi juga karena kisah di baliknya, cerita tentang kreativitas, keberanian, dan cinta terhadap kearifan lokal.
Kepala Disporapar Balikpapan, Ratih Kusuma, memberi apresiasi tinggi atas pencapaian Aisyah.
“Kreasi seperti Patin Bandara menunjukkan bahwa rasa lokal bisa menjadi identitas dan kebanggaan daerah,” ujarnya.
Ratih berharap semakin banyak generasi muda berani mengikuti jejak Aisyah, menjadikan ide dan potensi lokal sebagai kekuatan untuk bersaing di level nasional.
“Kami terus membuka ruang bagi anak muda Balikpapan untuk berinovasi dan berkarya,” tambahnya.
Kini, Patin Bandara tak lagi sekadar menu lomba, melainkan simbol semangat baru kuliner Balikpapan, kisah tentang keberanian seorang perempuan muda yang membuktikan bahwa rasa, ketika diolah dengan cinta, mampu menembus batas panggung nasional. (*/ADV/Disporapar Balikpapan/jan)



