BALIKPAPAN, Seputarkata.com — Hutan Mangrove Margomulyo menjadi salah satu ikon wisata alam yang populer di Kota Balikpapan.
Berlokasi strategis di Jalan AMD Gang 4 RT 42, Kelurahan Margomulyo, Balikpapan Barat, kawasan ini menghadirkan keindahan ekosistem mangrove di tengah kota sekaligus menjadi ruang edukasi dan konservasi yang menarik bagi wisatawan.
Kawasan seluas 16,8 hektare ini merupakan habitat beragam flora dan fauna khas pesisir, termasuk beberapa jenis burung, ikan, dan kepiting yang bernilai ekologis tinggi.
Selain menjaga keseimbangan lingkungan, keberadaan hutan mangrove juga berperan penting bagi mata pencaharian masyarakat sekitar, terutama para nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil laut.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Balikpapan, Ratih Kusuma, mengatakan bahwa Hutan Mangrove Margomulyo memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata unggulan berbasis alam dan edukasi.
Ia menyebut kawasan ini sempat viral karena menjadi lokasi penanaman mangrove oleh berbagai pihak, termasuk tokoh nasional.
“Margomulyo sempat hits karena sering dijadikan lokasi kegiatan penanaman bakau. Ini sebenarnya peluang besar untuk terus kita kembangkan sebagai destinasi wisata berkelanjutan,” ujarnya, Rabu 29 Oktober 2025.
Ratih menjelaskan, branding kawasan menjadi salah satu fokus pengembangan. Pemerintah berupaya meningkatkan fasilitas, aksesibilitas, dan akomodasi agar wisatawan bisa menikmati pengalaman wisata yang lebih lengkap.
Ia mencontohkan potensi pembangunan penginapan kecil atau villa alam bagi wisatawan yang ingin menginap di sekitar kawasan.
“Beberapa wisatawan itu suka dengan konsep alami. Kalau mereka bisa stay di sana, istirahat sambil menikmati suasana hutan, tentu akan lebih menarik,” kata Ratih.
Selain fasilitas penginapan, ia juga menilai pentingnya penambahan atraksi wisata agar kunjungan semakin hidup. Saat ini, Margomulyo sudah memiliki jalur jembatan kayu sepanjang 800 meter yang melintasi pepohonan mangrove dan beberapa gazebo kecil untuk beristirahat.
Namun, menurut Ratih, kegiatan wisata seperti pementasan budaya, outbound, atau tur edukasi menanam bakau dapat menjadi tambahan daya tarik yang kuat.
“Jalur tracking di Margomulyo itu bagus sekali untuk jalan pagi. Kalau ditambah atraksi seperti pementasan atau kegiatan menanam mangrove bersama, pengunjung akan punya pengalaman yang lebih berkesan,” tambahnya.
Ratih menegaskan bahwa pengembangan wisata alam seperti Hutan Mangrove Margomulyo harus tetap memperhatikan aspek konservasi dan pemberdayaan masyarakat.
“Wisata alam harus tetap menjaga lingkungan, sambil memberi manfaat bagi warga sekitar,” pungkasnya. (*/ADV/Disporapar Balikpapan/jan)



