BALIKPAPAN, Seputarkata.com — Riuh tawa dan tabuhan musik tradisional menggema di Taman Wisata Pringgodani, Kelurahan Teritip, Balikpapan Timur, Sabtu 1 November 2025.
Sejak pagi, ribuan warga telah memadati kawasan wisata berbasis budaya itu untuk menyambut kedatangan tim dewan juri Wonderful Indonesia Awards (WIA) 2025 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
Kedatangan tim juri disambut meriah oleh masyarakat, pelaku wisata, serta kelompok seni lokal yang menampilkan tarian tradisional Kalimantan. Momen kian semarak ketika salah satu juri, Udi Hartoko, ikut menari bersama para penampil sambil mengenakan pakaian adat Suku Dayak.
Sorak dan tepuk tangan pengunjung pun pecah, menciptakan suasana hangat dan menggambarkan keramahan khas masyarakat Balikpapan Timur.
Tidak hanya disuguhi pertunjukan budaya, tim juri juga diajak menelusuri area taman wisata yang sarat inovasi. Di zona kuliner, mereka menemukan konsep transaksi unik menggunakan “uang kayu” Pringgodani, alat tukar khas dengan nominal Rp5.000 yang hanya berlaku di area tersebut.
Selain itu, pengunjung juga dapat bertransaksi secara digital melalui QRIS, menunjukkan bagaimana kearifan lokal berpadu dengan teknologi modern.
“Konsep ini bukan hanya menarik secara ekonomi kreatif, tapi juga mengedukasi masyarakat untuk berinovasi tanpa meninggalkan nilai tradisi,” ujar salah satu panitia lokal.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Balikpapan, Ratih Kusuma, yang turut mendampingi kunjungan tim juri, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan tahap verifikasi lapangan dari hasil administrasi dan presentasi yang telah disampaikan sehari sebelumnya.
“Hari ini mereka ingin melihat langsung bagaimana implementasi dari laporan yang kami ajukan, mulai dari atraksi wisata, pengelolaan UMKM, hingga pelayanan untuk pengunjung,” terang Ratih.
Tim juri juga menilai penerapan prinsip Sapta Pesona, terdiri dari ketertiban, kebersihan, keindahan, kenyamanan, dan keramahan, sebagai indikator utama keberhasilan destinasi wisata. Bahkan, sebagian juri meninjau area tambahan seperti Rumah Kakek, bagian dari kawasan wisata edukatif Pringgodani.
Ratih mengaku bangga melihat keterlibatan masyarakat yang begitu besar dalam menjaga dan mengembangkan Pringgodani.
“Semangat masyarakat di sini luar biasa. Ada nilai gotong royong, edukasi, dan pelestarian budaya yang berjalan beriringan. Saya yakin Pringgodani mampu memberikan hasil terbaik bagi Balikpapan,” ujarnya optimistis.
Lebih dari sekadar destinasi wisata, Pringgodani kini menjadi simbol kebangkitan wisata berbasis komunitas dan budaya lokal. Dukungan penuh warga menjadi bukti bahwa pariwisata Balikpapan tumbuh dari akar masyarakatnya sendiri, hangat, kreatif, dan penuh pesona. (*/ADV/Disporapar Balikpapan/jan)



