BALIKPAPAN, Seputarkata.com — Semakin padatnya aktivitas ekonomi di Kota Balikpapan membawa konsekuensi baru, maraknya lapak-lapak liar yang tumbuh di berbagai sudut kota.
Dari pinggiran jalan utama hingga trotoar di kawasan permukiman, para pedagang kecil berusaha mencari ruang untuk bertahan hidup. Namun, keberadaan mereka kini menjadi sorotan serius Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Balikpapan.
Anggota Komisi II DPRD Balikpapan, Suwanto, menilai fenomena tersebut sudah memasuki tahap yang mengkhawatirkan. Lapak liar, kata dia, bukan hanya mengganggu ketertiban umum, tetapi juga mengancam kenyamanan warga dan menurunkan estetika kota.
“Kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Trotoar dan bahu jalan bukan tempat berdagang. Selain menyebabkan kemacetan, juga membuat kota terlihat semrawut,” ujarnya, Rabu 5 November 2025.
Menurutnya, maraknya lapak liar menunjukkan bahwa pengaturan ruang publik di Balikpapan masih lemah. Ia menilai pemerintah harus segera mengambil langkah konkret dengan menyiapkan lokasi alternatif yang layak bagi pedagang kaki lima (PKL).
Salah satu solusi yang didorong DPRD adalah percepatan pembangunan pasar induk. Fasilitas tersebut diharapkan menjadi wadah relokasi bagi pedagang, sehingga aktivitas ekonomi tetap berjalan tanpa mengorbankan ketertiban kota.
“Jika pasar induk sudah beroperasi, para pedagang bisa pindah ke sana. Masyarakat tetap bisa berbelanja dengan nyaman tanpa menimbulkan kemacetan,” jelas Suwanto.
Selain soal ketertiban, ia juga menyoroti aspek kebersihan dan lingkungan. Banyak lapak liar meninggalkan tumpukan sampah yang tidak terkelola, terutama limbah organik dan plastik yang menimbulkan bau tidak sedap.
“Kebersihan ini tanggung jawab bersama. Pedagang juga harus disiplin menjaga lingkungan agar kota tetap nyaman,” tambahnya.
Suwanto menegaskan, DPRD akan berkoordinasi dengan Satpol PP untuk menertibkan lapak liar yang melanggar aturan, dengan catatan penegakan dilakukan secara humanis.
“Penegakan aturan harus tegas, tapi tidak mematikan mata pencaharian rakyat kecil,” katanya.
Ia berharap, melalui langkah terencana seperti relokasi ke pasar induk, peningkatan kesadaran pedagang, dan pengawasan berkelanjutan, Balikpapan dapat kembali menampilkan wajah kota yang tertib, bersih, dan layak huni.
“Penataan kota ini bukan hanya soal keindahan, tapi juga menciptakan ekosistem ekonomi yang sehat dan berkelanjutan,” pungkasnya. (*/ADV/DPRD Balikpapan/jan)



