BALIKPAPAN, Seputarkata.com — Di sebuah gang kecil di RT 69 Kelurahan Gunungsari Ilir, aroma tanah lembap bercampur sisa sayuran dari ember komposter warga.
Di sinilah, kampung Bungas, akronim dari Buah, Bunga, Sayur, berusaha menjadi pionir perubahan. Mengolah sampah dari sumbernya.
Setiap pagi, ibu-ibu membawa sisa dapur ke Lodong Sisa Dapur atau Losida, wadah sederhana dari ember bekas yang kini menjadi “pabrik mini” pupuk cair.
Ada pula biopori dan komposter yang berdiri di halaman rumah warga. Sekilas terlihat remeh, tapi di sinilah semangat baru pengelolaan sampah Balikpapan tumbuh.
Namun, upaya itu belum cukup untuk menggerakkan seluruh kota. Menurut Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Balikpapan, Suwanto, target 50 persen pemilahan sampah rumah tangga yang dicanangkan pemerintah masih jauh dari harapan.
“Banyak warga yang masih mencampur plastik dengan sampah dapur. Padahal sedikit saja plastik tercampur, proses pengomposan bisa gagal,” ujarnya, Kamis 16 Oktober 2025.
Suwanto menilai, tantangan terbesarnya bukan sekadar ketersediaan alat, tetapi perubahan perilaku.
“Kampung Bungas sudah punya Bank Sampah, bahkan hasilnya bisa menambah pendapatan warga. Tapi kalau tidak disertai kesadaran kolektif, dampaknya tetap kecil,” katanya.
Di Balikpapan, setiap hari sekitar ratusan ton sampah dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar. Kapasitasnya diperkirakan akan penuh pada 2026, setahun lebih cepat dari prediksi awal.
“Kalau TPA penuh, kita semua akan merasakan dampaknya. Solusinya bukan memperluas lahan, tapi mengubah kebiasaan membuang dan memilah,” tegas Suwanto.
DPRD, lanjutnya, akan terus memastikan agar anggaran pengelolaan sampah benar-benar dirasakan masyarakat.
“Kami tidak ingin program hanya berhenti di kertas laporan. Alat dan fasilitas harus sampai di tangan warga,” ujarnya.
Suara komposter yang bekerja di halaman warga Kampung Bungas menjadi simbol kecil dari perubahan besar yang diimpikan Balikpapan.
Kota ini sedang berpacu melawan waktu, antara tumpukan sampah dan harapan menuju lingkungan yang bersih dan lestari.
“Setiap orang bisa mulai dari dapur rumahnya sendiri. Karena masa depan kota bersih, dimulai dari satu tindakan sederhana, memilah sampah,” pesan Suwanto. (*/ADV/DPRD Balikpapan/jan)



