BALIKPAPAN, Seputarkata.com — Upaya pencegahan penyakit tidak menular (PTM), khususnya diabetes melitus (DM), kembali menjadi perhatian Puskesmas Klandasan Ilir.
Kepala UPTD Puskesmas Klandasan Ilir, dr. Rusna Azizah Aziz, Selasa 18 November 2025, menegaskan bahwa intervensi terhadap kelompok pra-diabetes harus lebih diperkuat untuk mencegah peningkatan kasus diabetes di wilayah pesisir ini.
Menurutnya, hasil skrining menunjukkan masih ada warga yang masuk kategori pra-diabetes.
Kondisi ini belum diklasifikasikan sebagai diabetes, namun sudah menunjukkan adanya peningkatan gula darah sewaktu, sementara hasil pemeriksaan gula darah dua jam post prandial (PP) masih dalam batas normal.
“Pra-diabetes ini belum banyak yang intervensi. Ada beberapa puskesmas yang sudah memulai, tapi menurut saya ini belum optimal,” ujarnya.
dr. Rusna menjelaskan bahwa diabetes yang sudah terdiagnosis umumnya membutuhkan penanganan lanjut di rumah sakit, terutama jika pasien memerlukan terapi insulin.
Karena itu, puskesmas berperan penting dalam mencegah warga masuk ke tahap tersebut melalui fungsi promotif dan preventif.
“Kalau sudah DM, itu penanganannya rumah sakit. Tapi puskesmas ini promotif dan preventif. Penanganan kita itu justru harus maksimal di pra-diabetes,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa Pemerintah Kota Balikpapan sebenarnya telah memiliki program Bahimas atau Balikpapan Hidup Manis Tanpa Gula.
Namun program tersebut masih lebih banyak berfokus pada kegiatan skrining, belum menyentuh pendampingan intensif bagi warga pra-diabetes.
“Program Bahimas itu bagus. Tapi ini tadi yang saya bilang, masih sebatas skrining. Begitu skrining ada yang pra-diabetes, harusnya kita kumpulkan orang-orang ini untuk diberikan edukasi,” jelasnya.
Edukasi ini, kata dr. Rusna, sangat penting agar warga memahami perubahan gaya hidup yang perlu dilakukan untuk mencegah perburukan menjadi diabetes.
Mulai dari pengaturan pola makan, aktivitas fisik, pemantauan gula darah berkala, hingga konseling mengenai risiko komplikasi.
“Harusnya kita kumpulkan tuh orang-orang pra-diabetes. Kita edukasi agar tidak terjadi diabetes,” ucapnya.
Dengan jumlah warga pra-diabetes yang cukup terlihat pada hasil skrining awal, dr. Rusna menilai perlu ada gerakan intervensi lebih serius di tingkat kelurahan, RT, dan komunitas.
Ia berharap lintas sektor dapat turut mendorong kesadaran masyarakat agar lebih disiplin menjaga pola hidup sehat.
“Kalau ini tidak dicegah sejak awal, akhirnya masuk ke DM dan itu akan jauh lebih berat. Tugas kita justru menghentikan di tahap pra-diabetes,” tutupnya. (*/ADV/jan)
