BALIKPAPAN, Seputarkata.com — Lebih dari 25 tahun mengabdi di layanan primer, dr. Rusna Azizah Aziz telah melewati berbagai dinamika pelayanan kesehatan masyarakat mulai dari daerah terpencil hingga kota besar.
Perjalanan panjang itu membentuk pola kepemimpinannya yang menekankan kuatnya fungsi promotif dan preventif puskesmas.
“Saya lulus tahun 2000 dari Universitas YARSI Jakarta. Langsung PTT di puskesmas terpencil di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan,” kenangnya diwawancarai, Senin 17 November 2025.
Dua tahun berada di daerah pedalaman menjadi pengalaman yang sangat berharga.
Jumlah warga yang datang berobat tidak terlalu banyak, sehingga sebagian besar waktunya dihabiskan turun langsung ke lapangan untuk mendampingi masyarakat.
Ia belajar menyesuaikan diri dengan ritme hidup warga. “Di sana posyandu lebih senang sore hari. Karena paginya mereka nyadap karet. Jadi kalau posyandu pagi pasti tidak ada yang datang. Makanya kita ikuti pola masyarakat agar pelayanan tetap maksimal,” ujarnya.
Tahun 2003, dr. Rusna pindah ke Tanah Grogot, Kabupaten Paser, ketika resmi menjadi PNS. Pola pelayanannya pun mirip dengan wilayah sebelumnya, masyarakat lebih banyak mencari layanan di sore hari.
Puskesmas harus beroperasi lebih panjang, bukan hanya di jam pagi. “Yang ramai itu justru sore,” katanya.
Pada akhir 2006, ia mengikuti suami pindah ke Balikpapan dan ditempatkan pertama kali di Puskesmas Klandasan Ilir, khususnya di layanan 24 jam selama hampir dua tahun.
Tahun 2008 ia kemudian dipindah ke Puskesmas Sepinggan, sebelum akhirnya mendapat amanah sebagai Kepala Puskesmas Telaga Sari pada 2017.
Enam tahun memimpin di sana, pada November 2023 ia kembali ditugaskan sebagai Kepala Puskesmas Klandasan Ilir.
Balikpapan Kota, katanya, memiliki pola yang berbeda dibanding daerah kabupaten. “Waktu masyarakat itu hanya pada saat jam kerja. Jadi beda,” ujarnya.
Meski begitu, misi utamanya tetap sama, memastikan puskesmas hadir bukan hanya sebagai tempat berobat, tetapi sebagai pusat kesehatan masyarakat.
Ia menekankan pentingnya edukasi kepada para kader kesehatan, garda terdepan yang bersentuhan langsung dengan warga di tingkat RT.
“Kalau para kader ini pengetahuannya banyak dan mandiri dalam masalah kesehatan, minimal ketika terjadi sesuatu mereka tahu pencegahan dan penanganan awalnya seperti apa,” jelasnya.
Bagi dr. Rusna, pelayanan promotif dan preventif adalah inti dari puskesmas. Maka, ia terus mendorong petugas untuk aktif turun ke lapangan, menyapa masyarakat, dan memberikan edukasi.
“Puskesmas ini promotif dan preventif penting banget,” tegasnya.
Perjalanan panjang dr. Rusna mencerminkan satu hal, kesehatan masyarakat dibangun bukan hanya di ruang pelayanan, tetapi juga dari ketekunan hadir di tengah warga, dari desa terpencil sampai kota besar. (*/ADV/jan)



