PENAJAM, Seputarkata.com – Penyakit malaria masih menjadi ancaman di beberapa wilayah Indonesia, termasuk di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur.
Menyadari potensi epidemi yang disebabkan oleh nyamuk malaria, Pemerintah Kabupaten PPU melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur, mengambil langkah proaktif dengan menyalurkan 60 ribu kelambu kepada masyarakat.
Bantuan ini tidak hanya menyasar penduduk di Kecamatan Penajam, Waru, dan Babulu, tetapi juga para pekerja infrastruktur di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berlokasi di Kecamatan Sepaku.
Upaya ini menjadi bukti komitmen kuat dari Pemkab PPU dalam menjaga kesehatan warganya, terutama di kawasan yang sedang mengalami pembangunan besar-besaran.
Pembangunan IKN yang menjadi prioritas nasional membawa arus pekerja dari berbagai daerah. Di tengah hiruk pikuk aktivitas konstruksi, muncul kekhawatiran akan dampak kesehatan, salah satunya adalah penyebaran malaria.
Kondisi lingkungan yang tidak terkelola dengan baik seperti adanya genangan air, dapat memicu perkembangan nyamuk Anopheles, yang menjadi vektor penyebaran penyakit ini.
Kepala Dinas Kesehatan PPU, dr. Jansje Grace Makisurat, menjelaskan bahwa pembagian kelambu merupakan langkah preventif yang sangat penting.
“Kami fokus untuk melindungi warga dan pekerja dari potensi penularan malaria, terutama di area-area rawan,” jelas Grace, Kamis 3 Oktober 2024.
Selain pembagian kelambu, Dinas Kesehatan juga melakukan penyemprotan pengasapan (fogging) di lokasi-lokasi yang dianggap strategis, seperti Istana dan daerah yang padat dengan pekerja konstruksi.
Fogging menjadi langkah kunci dalam menekan populasi nyamuk dewasa, terutama di area yang sulit terjangkau oleh program kelambu.
Grace juga mengungkapkan bahwa pihaknya mendistribusikan bubuk abate ke masyarakat. Abate berfungsi untuk membunuh larva nyamuk yang biasanya berkembang biak di genangan air.
Kombinasi dari berbagai upaya ini menunjukkan betapa seriusnya Pemkab PPU dalam menanggulangi ancaman malaria.
Namun, tidak cukup hanya bergantung pada kelambu, fogging, atau abate. Grace mengimbau masyarakat untuk berperan aktif menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
“Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan bebas dari genangan air sangat penting. Ini adalah langkah pertama untuk memutus siklus hidup nyamuk penyebab malaria,” tegasnya.
Melalui upaya ini, Pemkab PPU tidak hanya berharap dapat menekan angka penularan malaria, tetapi juga meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pencegahan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.
Kolaborasi antara Pemkab PPU dan Pemprov Kaltim dalam menghadapi malaria menjadi contoh nyata bahwa sinergi antara pemerintah daerah dan provinsi bisa menciptakan dampak besar.
Namun, tantangan ke depan tetap ada, terutama dalam menjaga konsistensi program pencegahan, terutama di tengah gempuran pembangunan IKN yang pesat.
Dengan distribusi 60 ribu kelambu dan langkah pencegahan lainnya, Pemkab PPU berharap bisa meminimalisir risiko kesehatan, khususnya malaria, dan menjaga produktivitas pekerja serta kesejahteraan masyarakat sekitar.
Inisiatif ini adalah langkah kecil dalam perlindungan kesehatan masyarakat, namun sangat berarti dalam menjaga stabilitas dan kelangsungan hidup di tengah proyek ambisius pembangunan Ibu Kota Nusantara. (*/ADV/DiskominfoPPU/jan)



